Monday, 17 May 2010

Airportradio Raih Penghargaan Tertinggi AVIMA 2010

Penghargaan bagi musisi indie membuktikan band Yogya ini terbaik di level Asia Pasifik.

Vokalis Benedicta R. Kirana, bassist Ignatius Ade, drummer Prihatmoko “Moki” Wicaksono, dan pemain synthetizer Deon Manunggal awalnya dari band Airportradio tak pernah menyangka akan memenangkan penghargaan tertinggi di Asia Pacific Voice Independent Music Award (AVIMA) 2010.

Pengumuman daftar pemenang AVIMA 2010 ini dilakukan di Kuala Lumpur, Malaysia pada 3 Mei silam. AVIMA sendiri merupakan ajang penghargaan musik independen yang melibatkan 20 negara di Asia Pasifik, tahun 2010 merupakan tahun kedua ajang musik terbesar di Asia Pasifik ini.

Airportradio merupakan band dark wave asal Yogyakarta yang dibentuk sejak awal 2005. Awal Januari silam Airportradio telah merilis album debut mereka yang bertitel Turun Dalam Rupa Cahaya yang diedarkan oleh label independen Demajors.

Lewat kebetulan dan ketidaksengajaan band asal Yogyakarta ini menggondol penghargaan tertinggi di ajang tersebut. “Awalnya kami cuma dikasih tau Aul (pemain synthesizer Everybody Loves Irene) buat mendaftarkan karya ke AVIMA 2010, kebetulan Everybody Loves Irene kan tahun lalu menang disana, abis dengar saran itu kami coba aja masukin karya ke AVIMA secara online,” tutur Deon menjelaskan bagaimana karya mereka bisa masuk ke AVIMA 2010.

Band yang senang membaca ensiklopedia tentang hewan ini lantas memasukkan lagu “Preambule”, “Lonely When I’m Better” dan Video Klip “Turun dalam Rupa Cahaya.” “Preambule” kemudian masuk nominasi terbaik di kategori Moody Melancholic Masterpiece kategori yang dimenangi oleh Everybody Loves Irene tahun lalu lewat tembangnya “Love is So Strange”. Sementara video klip “Turun dalam Rupa Cahaya” yang merupakan hasil kolaborasi Airportradio bersama seniman Wedhar Riyadi dan Joseph Novi masuk dalam kategori Most Mindblowing Music Video.

Bukannya mendapat kemenangan di dua kategori tersebut, Airportradio malah mendapatkan kabar kemenangan yang lebih besar. Secara tak diduga mereka memenangkan penghargaan Thank You for Existing Award yang merupakan penghargaan tertinggi di ajang AVIMA.

“Setiap tahun AVIMA memberikan penghargaan tertinggi bagi dua band yang dilihat dari musik maupun konsep band secara keseluruhan, menurut mereka Airport Radio terasa begitu segar di telinga dan memberikan nuansa yang sangat berbeda di tahun ini,” papar Bened mengenai kemenangan bandnya. Di tahun kedua, selain Airportradio AVIMA menganugerahkan pula penghargaan tertinggi ini bagi “Sanjeev T and The Rainbow Bridge” yang berasal dari India.

Dalam rilis pers mengenai kemenangan Airportradio, pihak AVIMA mengibaratkan band ini sebagai sebuah kereta yang berani berjalan melawan arus di tengah keseragaman yang ada. “Ya, sebenernya patut disyukuri di tengah industri musik yang kaya gini, kami justru bisa dapat achievement seperti ini,” ungkap Bened bersyukur.

Saat ditanya bagaimana perasaan mereka menanggapi kemenangan ini, mereka kontan menjawab merasa kaget. Kemenangan ini juga memberi arti penting untuk musik yang mereka mainkan. “Kami kaget karena terus terang musik kami kan segmented, saat musik yang kami tawarkan ternyata di terima dalam lingkup Asia Pasifik jelas sangat menyenangkan rasanya,” jelas Deon. Dengan bercanda Ade menimpali perkataan Deon, “Setidaknya kami jadi nggak keliatan nganggur lagi,” canda Ade disertai tawa personil Airportradio lainnya.

Yang membanggakan tak hanya Airportradio yang berhasil menoreh prestasi di ajang AVIMA 2010. Kompatriot Airportradio yang sama-sama berasal dari Yogya, Risky Summerbee and The Honeythief masuk dalam kategori T2B (Tipped 2 Be The Next Thing). Sementara itu Bottlesmoker juga meraih Gold di kategori Best Electro/Dance Art. Tak ketinggalan Elemental Gaze mendapat Silver di kategori Moody Melancholic Masterpiece untuk lagunya yang berjudul “Waiting”. Beberapa band Indonesia lain seperti Ray d’Sky, Machine D, dan Cadenzza juga menerima penghargaan Bronze di kategorinya masing-masing.

0 komentar:

Post a Comment